
Endang Supriyati, Pembelajar dari Kota Pekalongan.
Juli 2017….serasa baru kemarin ternyata sudah hampir tujuh tahun yang lalu saya mengunjungi Musium Kata Andrea Hirata. Belitung adalah Laskar Pelangi, rasanya tidak lengkap kalau tidak mengunjungi rumah ini. Laskar Pelangi adalah cerita tentang, Lintang, Mahar dan Ikal, murid SD Muhammdiyah Gantong. Lokasi syuting di Tanjung Tinggi, pantai yang sangat indah. Jarak tempuh ke Galeri Laskar Pelangi sekitar 1 jam 12 menit, berjarak 68 km dari Tanjungpandan.

Pulau Belitung dikenal dengan Negeri Laskar Pelangi, karena penulis buku Laskar Pelangi Andrea Hirata dari Belitung. Serta film Laskar Pelangi lahir di Belitung. Tetapi karena jalan tidak seramai di Pulau Jawa, sehingga jarak tempuh lebih singkat. Kondisi jalan lebar, halus, sepi jarang berpapasan dengan kendaraan yang lain. Karena tidak ada truk-truk besar maupun bus seperti di Jawa, yang senantiasa krodit. Keberhasilan film Laskar Pelangi menjadikan pulau Belitung menjadi incaran wisatawan untuk berkunjung.

Musium Laskar Pelangi, atau wisatawan lebih mengenal dengan Musium Kata Andrea Hirata, didirikan oleh sang penulis buku Laskar Pelangi itu sendiri. Berlokasi di Jln Laskar Pelangi, dipinggir jalan raya dengan cat yang berwarna-warni dan sangat mencolok, sehingga sangat mudah untuk dikenali. Hanya pada saat kami berkunjung agak bingung untuk mencari area parkir, karena belum ada area parkir khusus untuk pengunjung Rumah Kata Andrea Hirata. Tetapi ada tetangga Musium yang mengijinkan kami parkir didepan warungnya. Karena si ibu pemilik warung sudah baik hati, maka kamipun membalas dengan sedikit berbelanja di warungnya. Museum sastra pertama di Indonesia, ya Museum Kata Andrea Hirata berisi ratusan koleksi buku sastra dari seluruh penjuru dunia. Tujuan dari didirikannya Museum Kata Andrea Hirata ini adalah agar pengunjung dapat melakukan apresiasi sastra sekaligus napak tilas buku dan film Laskar Pelangi.

Dengan latar belakang yang berwarna-warni, sayang kalau tidak diabadikan untuk bacground foto, jeprat-jepret sebanyak-banyaknya. Untuk masuk ke Musium ini hanya ada kutipan sebesar Rp. 50.000,- dengan tiket berupa buku saku Laskar Pelangi. Pada saat itu kami datang bertiga tetapi hanya membayar untuk satu buku saja, konon katanya restribusi itu digunakan untuk pemeliharaan Musium. Begitu memasuki halaman Musium terpajang foto-foto Laskar Pelangi, bersyukur pada saat kami berkunjung bukan hari libur, sehingga seakan masuk rumah sendiri dapat menikmati sepuasnya.Ada naskah dengan tulisan tangan, semua dipigura dengan rapi. Rumah Kata Andrea Hirata sederhana bentuk bangunannya, tetapi semua tertata rapi, seakan berpenghuni. Dalam suatu ruangan ada sebuah meja dengan buku-buku yang berserak. Di Laskar Pelangi Room, kita dapat melihat foto-foto Laskar Pelangi berbagai versi.

Selain foto-foto napak tilas Laskar Pelangi, juga buku-buku berbagai macam judul yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan dari segala penjuru. Puluhan pigura tergantung didinding berupa lukisan ilustrasi tokoh-tokoh terkenal. kemudian masuk lagi ke ruangan agak kebelakang ad aruangan dengan tulisan Warung Kupi Kuli, konon katanya pengunjung dapat istirahat diruang itu sambil ngopi, kopi asli Belitung juga ada cemilan yang lain. sayang pada saat kami berkunjung yang kami temui adalah ruangan seperti dapur, dengan semua peralatan yang jadul tapi unik.

Di Rumah Kata Andrea Hirata juga ada ruangan khusus seperti aula terbuka, menurut pengelola ruangan itu digunakan untuk kegiatan, baik warga sekitar ataupun kadang juga digunakan untuk kelas-kelas diskusi. Bangunannya unik cerah ceria karena cat yang berwarna-warni.

Asyik sekali
Seakan saya kembali mengunjungi Museum Kata Andrea Hirata
Terima kasih Bunda Endang
Saya tunggu cerita² yg menarik lagi bu….
Siap