Endang Supriyati, pembelajar dari kota Pekalongan.

Pantai Celong
Bermodal rasa penasaran, setelah melihat postingan teman tentang Pantai Celong, kami berdua menuju ke lokasi, walaupun belum menahu jalan mana yang akan kami lewati. Browsing klik google, ada dua jalan yang dapat dilalui, melewat Pasar Subah kearah desa Kemiri menuju Kedawung atau melewat Banyuputih menuju Kedawung. Sesampai dipasar Subah terbaca petunjuk arah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mangunsari, karena Pantai Celong berlokasi di desa Mangunsari, kami ikuti arah petunjuk jalan tersebut. Masih bersama google, kami ikuti intruksinya, belok kanan belok kiri, melewat jalan desa yang masih rimbun pepohonan dikanan dan kiri jalan. Ternyata diluar ekspektasi jalan yang kami tempuh, semakin lama semain menyempit, berkelok naik dan turun, juga semakin sepi. Mulai penasaran, apa jalur yang kami tempuh keliru. Akhirnya menanya penduduk , ternyata benar dan masih jauh. Agak sedikit grogi, mengapa semakin sepi, tidak berpapasan orang berkendara, terpikir kalau harus balik arah…..alamak payah.

Pinggir Hutan Karet
Akhirnya setelah berkelak kelok, terbaca Selamat Datang Desa Kedawung, alhamdulillah berarti tidak salah jalan. Tetapi tulisan Selamat Datang kami foto backlight, sehingga gapura desa Kedawung kami foto tulisan Selamat Jalan. Disini kami melewat hutan jati dan hutan karet didesa Kedawung, cukup rimbun sehingga jalanan terkesan sepi, satu dua kendaraan mulai berpapasan, terasa ada kehidupan. Hutan karet ini merupakan sisa hutan yang sudah menjadi Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB). Keluar dari kawasan hutan karet, adalah akses jalan KITB, yang masih cukup sepi dengan akses jalan yang lebar, karena memang belum beroperasi. Walaupun sepi kita harus tetap ekstra hati–hati, karena yang berseliweran disitu adalah kendaraan proyek. Kemudian kita melintas jembatan diatas Toll, terbaca tulisan Pantai Celong beserta arah panah, nun jauh disana terhampar Laut Jawa. Kembali kita ikuti arah jalan, tetapi menimbulkan rasa ragu-ragu juga, sesuai arah panah betul tujuan yang kami tuju, tetapi begitu melintas dibawah jembatan Kereta Api, mentok rumah penduduk.

Ujung Desa Kedawung
Rupanya memang disitu perkampungan nelayan, dari sela-sela rumah rumah penduduk terlihat air laut, kemudian ada kapal-kapal kecil pencari ikan. Jalannya cukup sempit terkadang pas didepan teras rumah penduduk, tetapi mereka santai saja, karena memang itu jalan menuju Pantai Celong. Kami yang baru pertama lewat agak heran tetapi juga sedikit ada rasa sungkan, mereka duduk didepan rumah, kita berkendara lewat. Diarah belkang rumah sudah terlihat air laut, kami menanya penduduk, kalu mau kepantai ada tempat parkir tidak. Mereka jawab ada, terus saja, berjalan beberapa meter semakin sempit, rumah–rumah semakin menjorok kejalan. Kita bertanya lagi, tempat parkir mobil dimana, terus saja jawab mereka. Terus kemana pikir saya, rumah semakin padat seakan tidak ada celah, kenapa diminta terus. Akhirnya ketemu juga, palang pengutip restribusi untuk pengunjung. Restribusi cukup murah, hanya sebesar Rp. 5000,- untuk pengunjung serta ongkos parkir juga Rp.5000,-

Pantai Batu Karang Celong Beach
Pantai Celong atau Celong Beach cukup viral dimedia sosial, kami sengaja datang ingin menahu, serta ingin menyaksikan keindahan alam ciptanNYA . Ternyata pesona keindahan Pantai Celong berbeda dengan keindahan Pantai Sigandu ataupun Pantai Ujungnegoro, satu garis pantai dengan keindahan yang berbeda. Pantai Celong dengan karakter batu karang menghapar dipinggiran pantai, pantai berbatu, dengan kerindangan cemara laut. Serta bersisihan dengan jalur kereta api Jakarta – Surabaya, sehingga deburan ombak bersinergi dengan gemuruh suara kereta api lewat merupakan keindahan tersendiri. Gemuruh suara kereta lewat akan membersamai deburan ombak dipinggir pantai. Jika dipantai Sigandu ataupun Ujungnegoro kita tidak akan mendengarkan kereta api yang lewat. Duduk dipinggir pantai dengan kerindangan pohon cemara laut yang digoyang angin, menatap laut lepas, rasanya nyaman, ayem, bebas merdeka.

Rimbun pohon Cemara Laut dipinggir pantai
Dilokasi ini juga terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mangunsari, kita dapat menyaksikan ikan segar yang baru turun dari kapal juga ramainya tengkulak berburu ikan. Serta dapat membeli ikan–ikan yang dipasarkan dilokasi. Ada berbagai macam ikan, yang dijual kesemuanya masih terlihat sangat segar, fresh. Ada udang, kepiting, ikan talang-talang, selar bagong, tiga waja, tunul, ikan tengiri dan masih ada lagi jenis yang lain serta ada udang pletok, tetapi udang ini bentuknya semi menakutkan, menurut bu bakulnya , agak susah makannya. Kemungkinan nam ikan yang disebutkan bu bakul dilain daerah namanya juga berbeda, seperti pernah saya sebut, ikan jeruk ternyata kalu kita baca di google, bernama ikan ayam-ayam. Healing tipis-tipis menempuh jarak 43 km dari kota Pekalongan, pulang kerumah mencoba alternatip jalan yang kedua melewat Banyuputih. Ternyata akses jalan lebih nyaman, lebih halus, lebih datar juga berbelok tetapi tidak se ekstrem melewat Subah, menembus hutan jati dan hutan karet sisa lokasi KITB Batang.

Udang Pletok
Pekalongan, 16 Juli 2024.
Mantap….
Akhirnya berhasil membuat reportase yang bernas.
Wah keren banget, saya dapat merasakan keindahan Celong beach.
Apa arti Celong itu Bunda?
Saya selalu merindu pantai dan laut.
Saya dapat merasakan gemuruh ombak, desu angin umyang bertiup. Dan tentu saja dapat membaca tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah Pencipta semesta.
Seruu sekaliii.. menikmati keindahan pantai, apalagi bersama dengan pujaan hati
Kereen Bu Endang Supriyati
Reportase yang super mantap
Saya merasakan seperti sedang berhealing-healing dengan Ibu Endang Supriyati dan merasakan semilir angin yang berpadu dengan suara ombak di tepi pantai. Tulisan keren dan menginspirasi. Terima kasih Bu Endang, cerita yang menarik berkunjung di Pantai Celong. Semoga suatu saat nanti saya dapat mengunjungi Pantai Celong. Salam sehat selalu dari Kota Balikpapan.