Sibolga Tapanuli Tengah. 

Endang Supriyati 

Pembelajar dari kota Pekalongan. 

Bapak Robert Tarihoran,  adalah penjaga Goa Belanda seringkali disebut juga dengan Batu Lubang selama 13 tahun terakhir ini. Sebelumnya yang menjadi penjaga Goa Belanda adalah orangtua bapak Robert Tarihoran. Dari Sibolga berjarak 7 km. Menurut pak Robert ,Goa Belanda ini dahulu prakarsa Belanda, karena tidak ada jalan untuk membawa hasil bumi ke pelabuhan Sibolga.

Banyak cerita -cerita yang ditemui pengendara kereta/ sepeda motor .Jika melewati Goa Belanda, tiba -tiba kereta berhenti, mesin mati kemudian goa bersinar. Tetapi bagi pak Robert tidak pernah menemukan atau menjumpai hal yang aneh-aneh. Apabila terjadi kendala di Goa Belanda, misal terjadi longsor atau batu runtuh menutup jalan, maka pak Robert akan berkoordinasi atau melaporkan kepada Pejabat Pengambil Keputusan ( PPK) dikota Pandan penanggungjawab ruas jalan Tarutung-Sibolga. 

Menurut pak Robert panjang Goa Belanda awalnya ada 100 meteran. Panjang, gelap tanpa penerangan dan berkelok. Sebelum terjadi longsor pada November 2020. Pada saat ini Goa Belanda seakan terbagi tiga. Yang pertama sepanjang 40 m, gelap kemudian bekas longsor ruang terbuka ..  Goa yang kedua sepanjang 20 meteran. Tidak terlalu gelap karena lebih pendek. 

Pak Robert Tarihoran adalah juru kunci istilah orang Jawa. Yang setia menunggu pintu Goa Belanda atau Batu Lubang dari pagi sekitar pukul 06.00 sehabis Subuh sampai pukul 17.00. Sambil membawa peralatan untuk menguras kubangan air dalam goa. Karena tetesan air seperti air terjun dari celah dinding batu. Sehingga kalau naik kereta, orang akan terkena tetesan air. Menurut bapak Robert, jika beliau berhalangan maka akan banyak anak-anak didepan pintu Goa untuk mengutip uang dari pengguna jalan yang lewat. 

Air dalam Goa tidak pernah menyusut,  karena tidak dapat meresap.Sehingga air yang ada harus setiap saat dikuras. Dilakukan setiap kurang lebih dua jam sekali kubangan air akan dikuras. Dialirkan keparit kecil dibahu jalan. Hal ini merupakan problem tersendiri bagi jajaran Bina Marga ruas Tarutung -Sibolga. Karena dilokasi Goa tidak mungkin diaspal,  karena tidak pernah kering selalu berair. 

Kalau mau diratakan alat  yang tidak mampu memotong tonjolan batu dalam Goa, karena sangat keras. Kalau mau diurug, maka truk dan bus tidak dapat lewat. Sehingga selama ini yang dikerjakan pak Robert menguras kubangan air, kemudian melakukan pengurugan  dengan agregad sekedarnya saja, agar tonjolan batu tidak mematahkan as mobil. Walaupun lama, kelamaan agregad yang diurugkan akan terbawa air. 

Setiap pengguna jalan yang akan melewati  Goa Belanda, maka wajib menyalakan lampu dan membunyikan klakson sebelum memasuki area Goa Belanda atau Batu Lubang. Kemudian menunggu balasan klakson dari arah berlawanan. Jika tidak ada balasan maka kita dapat langsung lewat berarti aman. Jika mendapat balasan maka kita harus berhenti menunggu kendaraan dari arah berlawanan muncul dari arah pintu Goa. 

Karena, didalam Goa Belanda mobil tidak mungkin berpapasan. Disamping sempit, tidak rata juga gelap. Sehingga dalam mobil akan bergoyang karena mas driver harus memilih jalan yang lebih rata Apalagi jika berpapasan dengan truk atau bus, maka mobil kecil wajib minggir atau mundur. 

Pemandangan disekitar Goa Belanda sangat indah. Dijalan yang berliku banyak air terjun kecil -kecil di dinding tebing. Dari arah depan pintu Goa ada air terjun yang tinggi mengalir kejurang yang dalam. Dari posisi inipun kita dapat melihat kota Sibolga dari ketinggian. Yang terlihat seperti himpunan kelompok bangunan kecil-kecil dibawah sana. Tetlihat juga air laut yang biru arah pantai Pandan ataupun pantai Bosur di Sibolga. 

Sibolga, 15 Februari 2022.

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
👋 Hi, how can I help?