Endang Supriyati, kota Pekalongan.

Mengenang pertama kali menginjakkan kaki dipulau seberang, tepatnya di Medan Sumatera Utara pada Sabtu pagi 22 Januari 2022. Terbang dari bandara Soekarno Hatta pada pukul 05.15 menit. Perjalanan diawali dari Bandara Kualanamo, menuju Parapat di tepian Danau Toba. Tempat ini berada di Kabupaten Simalungun Sumut. Sebelum mengawali perjalanan kami bersarap pagi menikmati kuliner Soto Sinar Pagi dikota Medan ,salah satu kuliner favorit di Ibukota Sumut ini.

Perjalanan dari Medan menuju Parapat melewati Kota Tebing Tinggi dan Kota Pematang Siantar. Akses toll dari kota Medan baru sampai Tebing Tinggi, seterusnya melewati jalan nasional lintas tengah Sumatra sampai Parapat. Kami sempat singgah di perkebunan sawit Pabatu untuk melaksanakan sholat jamak takdzim. Masjidnya cukup representatif, ada dipinggir jalan raya, bersih dan cukup air, area parkirpun luas. Bagi masyarakat yang melakukan perjalanan masjid ini cukup recommended.

Memasuki kota Pematang Siantar sudah waktunya makan siang, berburu kuliner, ketemu RM Beringin, menu khasnya berbasis unggas. Ada ayam kampung, bebek, burung dara, burung puyuh dan burung ruak2. Meskipun jalanan melalui perbukitan, tetapi cukup lancar. Dan, jam 15.30 wib sudah sampai di kota Parapat setelah menempuh jarak sekitar 170 km. Di kota Parapat, kami langsung menuju tepian Danau di kawasan Pesanggrahan Presiden Soekarno untuk berswafoto serta menikmati pemandangan danau saat senja.

Di kawasan wisata ini,kami bermalam di hotel KHAS Parapat, salah satu hotel yang kamarnya berada di tepi danau. Dari teras kamar dapat melihat langsung hiruk pikuk pengunjung ditepi danau. Bahkan, jika ingin bermain air dapat turun ke pantai yang berpasir putih. Ada yang naik bananaboat, jetski, atau kapal pesiar. Menjelang petang, kami bersantai bercanda di area resort, semacam taman dengan panggung atau balkon yang dibangun di atas bibir danau. Dari lokasi ini dapat mengabadikan momen kebersamaan. Banyak pilihan angle sebagai latar belakang foto. Saking asyiknya, baru bergegas masuk kamar hotel setelah terdengar seruan azan dari menara masjid Jami’ kota Parapat.

Pada pagi hari, dari teras kamar hotel dapat menikmati pemandangan yang sangat indah. Bentangan bukit hijau di seberang danau, berlatar belakang langit biru dengan saputan kabut tipis terlihat sangat menyejukkan. Di atas permukaan danau terlihat riuh kepak sayap ratusan belibis terbang mengitari puluhan keramba tempat petani memelihara ikan nila atau ikan emas. Mungkin karena sensasi yang demikian, hunian hotel ini selalu penuh tiap akhir pekan atau hari hari libur lainnya.

Usai bersarap pagi selanjutnya menuju pelabuhan Ajibata untuk menyeberang ke Ambarita di pulau Samosir. Menyeberang menaiki ferry jenis roro berkapasitas 32 mobil kecil berikut penumpangnya. Antrian mobil di area parkir pelabuhan pagi itu berjubel. Akhirnya baru pada pukul 11.25 mobil dapat masuk kapal kemudian menyeberang dari Ajibata, sampai di Ambarita jam 12.30. Dari analisa aplikasi Strava terdeteksi kecepatan rata-rata laju kapal 17 kmpj, atau 9 knot. Dengan demikian jarak lurus Pelabuhan Ajibata Parapat ke Pelabuhan Ambarita Samosir sekitar 17 km. Alhamdulillah penyeberangan lancar, dapat menyeberang dengan selamat.

Dari pelabuhan Ambarita, lanjut perjalanan darat menuju Tomok yang berjarak sekitar 5 km. Tomok adalah salah satu destinasi wisata khas Batak di pulau Samosir. Lokasinya gampang ditemui karena ditepi jalan nasional. Menyusuri lorong layaknya pasar batik di Jawa, hiruk pikuk pedagang menawarkan berbagai pernak pernik souvenir khas Batak. Ada ulos, baju, kaos, topi, gelang, kalung, miniatur rumah adat batak dan masih banyak lagi lainnya. Penduduk setempat menyebutnya dengan pasar Tomok. Dalam bahasa masyarakat Sumut, pasar artinya jalan atau lorong. Sedangkan pasar tempat berkumpulnya orang jual beli berbagai kebutuhan disebutnya pajak.

Sebelum ujung pasar Tomok, kalau belak ke kanan ada pertunjukan patung menari Sigale-gale, dengan iringan musik khas batak yang menghentak. Saat mulai pertunjukan, sang dalang mengajak penonton ikut menari mengikuti irama. Pengunjung yang ikut menari diwajibkan mengenakan ulos yg disediakan pengelola. Tarian khas batak ini gerakannya sederhana, kaki berjingkrak pelan sambil memutar ke kanan lalu ke kiri, kedua telapak tangan menakup di depan dada sambil digerakkan mengikuti irama, gerakan kepalapun seperti mengangguk angguk.

Berjalan menuju ujung pasar Tomok terdapat museum batak dengan bangunan rumah adatnya. Disampingnya ada bangunan mushola lengkap dengan toilet dan tempat wudlu yang cukup air. Kami melaksanakan sholat disitu, tempatnya bersih. Alhamdulillah, pengelola destinasi wisata budaya ini memfasilitasi tempat ibadah ummat Islam walaupun mayoritas penduduknya beragama Nasrani dengan adat Batak yang kuat.

Untuk urusan perut, sudah membawa bekal yang dibeli di Parapat. Ini sebagai sikap kehati hatian agar tidak makan makanan yg dilarang. Di pulau Samosir banyak warung makan khas masakan Batak, yang menu utamanya B1 dan B2. B1 adalah daging anjing, sedang B2 adalahdaging babi. Biasanya didepan warung terpampang tulisan besar RM BPK atau rumah makan yang menyediakan menu Babi Panggang Karo. Atau warung Bakso, hampir bisa dipastikan bakso B2 bahkan ditawarkan juga menu B2 kecap. Oleh karena itu bagi saudara2ku kaum muslimin, jika ingin berwisata di Samosir seyogyanya membawa bekal makanan yang cukup agar tidak kelaparan. Untuk menghilangkan rasa haus, kelapa muda adalah pilihannya. Minuman ini jelas thoyib halal dan menyegarkan.

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
👋 Hi, how can I help?